Budaya Tasikmalaya "Kampoeng Naga"
Sejarah/asal
usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dengan koordinat Latitude -7.363722
dan Longitude 107.994425 , seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi
untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah
Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga
disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk
harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia
harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Nenek moyang
Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga
"Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang
disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga.
Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang
selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.
Namun
kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak
seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang
mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak
meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah
masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda
atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.
Ada sejumlah
nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran
Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat
menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda
Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan
"kewedukan". Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara
Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu
kekuatan fisik "kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram
Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan.
Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan
mengenai bidang pertanian.
Kampung Naga
secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari
jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini
berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung
Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam
leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk,
dan di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya
berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya
ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya
26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya
harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai
Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter.
Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung
Naga.
Komentar
Posting Komentar